• Jelajahi

    Copyright © SERONOK BATAM MEDIA
    Best Viral Premium Blogger Templates

    iklan

    Banner Header

    Refleksi PIN: Apapun Profesinya, Perempuan, Ibu Berani Menjalaninya

    Redaksi
    26/12/2022, Senin, Desember 26, 2022 WIB Last Updated 2022-12-26T08:42:39Z
    Banner Header
    Banner Header


    Bogor, Seronokbatam.online - Bagi laki-laki beratnya sebuah pekerjaan dan profesi seringkali menjadi keluhan, beban dan ditinggalkan. Benarkah apapun beratnya profesi itu bagi perempuan menjadi ringan? 

    Banyak hal yang tidak di sangka-sangka, ternyata pekerjaan dan profesi yang menurut laki-laki cukup berat dan sulit untuk di jalani, namun perempuan sanggup, mampu dan berani untuk menjalaninya.


    Pekerjaan dan Profesi adalah sama-sama aktifitas (kegiatan) yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, ternyata keduanya memiliki arti yang berbeda. 

    Pekerjaan adalah aktifitas (kegiatan) yang bisa dilakukan tanpa harus memiliki keahlian atau keterampilan khusus, dapat dilakukan siapa saja. Bisa dipelajari secara otodidak tanpa harus melalui pendidikan formal.

    Sedangkan Profesi adalah aktifitas (kegiatan) yang harus membutuhkan keahlian, pelatihan khusus, sekolah atau pendidikan khusus.


    Beberapa contoh pekerjaan seperti media sosial officer, content creator, youtuber, tiktoker, selebgram, petani, nelayan, tukang becak, penjaga toko, pedagang, dan yang sejenisnya.

    Adapun beberapa contoh profesi seperti guru, programmer, artificial intelligence (AI) engineer, dokter, bidan, pilot, nahkoda, pengacara, hakim, jaksa, polisi, bidan, akuntan, dosen, perawat, tentara, arsitek, apoteker, dan yang sejenisnya.

    Perempuan/Ibu Dalam Ketidakberdayaan

    Perempuan (dalam hal ini Ibu) sering menjadi sosok teraniaya, tertindas, dan tidak berdaya. Kekerasan pun banyak diterima atau diperlakukan padanya. Banyak kasus terjadi, tayangan yang terungkap di media cukup menyesakkan pikiran dan hati. 

    Masih banyak kasus-kasus yang belum terungkap. Ibu di anggap tidak memiliki makna dan peran apa-apa. Dipinggirkan, seberat apapun pekerjaan dan profesinya luput dari apresiasi. Padahal sesungguhnya Ibulah yang berjibaku setiap saat dari mulai bangun tidur sampai jelang tidur lagi untuk mengurus segalanya.

    Semisal, Ibu menjadi korban penjambretan, menjadi tempat melampiaskan amarah, dilaporkan anaknya karena perebutan warisan, dibunuh anaknya karena tidak terpenuhi kebutuhannya, bahkan dilecehkan dan diperkosa anaknya. 

    Belum lagi ketika telah lansia dititipkan ke panti jompo karena anak tidak ingin direpotkan untuk mengurusnya, dianggap tidak berguna. Pun demikian, isteri mengalami hal yang sama dari suaminya, yang sering terjadi ialah KDRT (kekerasan dalam rumah tangga).

    Peran Ganda Perempuan (Ibu) Dalam Berbagai Profesi

    Kiprah, peran, dan tugas Ibu tercatat dalam rangkaian tinta emas sejarah bangsa ini. Momentum sejarah merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan NKRI. Atas kiprah, peran, dan tugasnya, Pemerintah Republik Indonesia memberikan penghormatan dan penghargaan pada sosok perempuan (Ibu).

    Dilansir dari https://mediaindonesia.com/humaniora/524379, mengungkapkan jenis pekerjaan, tugas dan keahlian yang dibutuhkan yaitu, arsitek , insinyur elektro insinyur elektrikal (electrical engineers), dokter, guru , apoteker, nelayan, dosen, konselor, hakim, notaris, teller bank, artis, pustakawan, technical engineer, programmer, EDP (electronic data processing) operator, MIS director, kondektur, koki dan chef.

    Menurut Soerjono Soekanto (2002:243), peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan, maka ia menjalankan suatu peranan.

    Menurut Denrich (2004:12) perempuan yang berperan ganda adalah perempuan yang menjalankan perannya di rumah sebagai istri bagi suaminya, seorang ibu bagi anak-anknya, dan juga berperan disektor publik dengan menjadi pekerja.

    Secara umum peran ganda perempuan diartikan sebagai dua atau lebih peran yang harus dimainkan oleh seorang perempuan dalam waktu bersamaan. 

    Adapun peran-peran tersebut umumnya mengenai peran domestik, sebagai ibu rumah tangga, dan peran publik yang umumnya dalam pasar tenaga kerja (Rustiani, 1996:60).

    Pemerintah Republik Indonesia menentukan hari tersendiri, yaitu Peringatan Hari Ibu Nasional/PIN (22 Desember). Hal ini dikukuhkan Pemerintah melalui Keputusan Presiden (Keppres) Republik Indonesia Nomor 316 Tahun 1959 tentang Hari-Hari Nasional yang Bukan Hari libur.

    Dilansir dari situs Kemenpppa (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak) peringatan tersebut menandai peristiwa sejarah dan istimewa pada tanggal 22-25 Desember 1928. Pada saat itu, pejuang wanita Indonesia dari Sumatera dan Jawa berkumpul untuk menyelenggarakan Kongres Perempuan Indonesia pertama di Yogyakarta. 

    PIN yang ke-94 (22 Desember 2022) mengangkat tema “Perempuan Berdaya Indonesia Maju” dengan memiliki empat sub tema: (1) Kewirausahaan Perempuan: Mempercepat Kesetaraan, Mempercepat Pemulihan; (2) Perempuan dan Digital Economy; (3) Perempuan dan Kepemimpinan; dan (4) Perempuan Terlindungi, Perempuan Berdaya.

    PIN  bertujuan untuk menyatukan perkumpulan perempuan-perempuan Indonesia dalam satu wadah. Hari Ibu adalah hari peringatan atau perayaan terhadap peran Ibu dalam keluarganya, baik untuk suami, anak-anak, maupun lingkungan sosialnya.

    PIN seringkali diramaikan dengan berbagai kegiatan-kegiatan dengan upacara dan anggaran yang spektakuler diberbagai instansi, setelah itu usai dan terlewatkan maknanya. 

    Kecenderungan ini mesti menjadi perenungan perubahan dan perbaikan dari pembiasaan yang belum sesuai. Yang terpenting ialah bagaimana momen ini sebagai penyadaran bagi kita atas eksistensi sosok Ibu untuk memberikan penghormatan dan pemuliaanya.

    Ibu Seorang “Mendikbud dan Menppa” Tanpa Kabinet

    Bentuk peran ganda perempuan yaitu sebagai Ibu, merawat anak dan suami, sebagai istri, mendidik anak dan ekonomi (pekerja ataupun tulang punggung keluarga). Ibu dalam keluarga memegang berbagai peranan penting. 

    Berbagai profesi apapun yang dijalaninya, Ibu adalah “Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.” Pasalnya, Ibu bagi anak-anaknya (putera/puteri) secara kontinuitas mendidik, membimbing, mengajari, membina dan mengarahkan tentang keyakinan beragama, adab dan norma, fisik dan mental, intelektual, dan psikologi sehingga terbentuk kepribadian yang baik dalam diri sang anak serta budaya sopan santun, ramah dan hormat.

    Covid-19 (2019-2022) menjadi pembelajaran yang sangat berharga. Dalam kondisi ini, Ibu selain mengerjakan pekerjaan rumah tangga juga menjaga, merawat, memperhatikan secara ekstra agar anak-anak dan suaminya tetap dalam keadaan sehat. 

    Selain itu, di era milenial dan digitalisasi ini, peran suami digantikan Ibu dalam melakukan pembimbingan, pendidikan, dan pembinaan anak-anaknya belajar di rumah (BDR) secara daring/online. Ibu dapat adaptasi dengan teknologi, pembelajaran daring menjadikan kepekaan dan kerja tiada batas Ibu sungguh luar biasa. 

    Dalam al-Qur'an, kata-kata yang terbentuk dari kata al-umm (ibu, mama, atau bunda) terulang tidak kurang dari 118 kali. Salah satunya surat Luqman ayat 14: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.”

    Dikutip artikel  https://www.detik.com/hikmah/doa-dan-hadits/d-6343737/ menyatakan bahwa hadits tentang ‘surga di bawah telapak kaki ibu’ berdasarkan perawinya adalah hasan. Hadits yang diriwayatkan oleh An-Nasa'i, Ibnu Majah, Ahmad, dan dishahihkan oleh Al-Hakim mempertegas harkat dan martabat perempuan (Ibu).

    Artinya: "Dari Mu'awiyah bin Jahimah As-Sulami, ia datang menemui Rasulullah SAW. la berkata, 'Wahai Rasulullah, saya ingin ikut berperang dan saya sekarang memohon nasihat kepadamu? 'Rasulullah SAW lalu bersabda, 'Kamu masih punya ibu? 'Mu'awiyah menjawab, 'Ya, masih. Rasulullah SAW bersabda, 'Berbaktilah kepada ibumu (lebih dahulu) karena sungguh ada surga di bawah kedua kakinya!"

    Saat ini, anak-anak digempur dengan berbagai arus serba instan. Anak-anak sebagai generasi milenial dalam melakukan sesuatu keinginan serba instan dalam segala hal seringkali melupakan adab, etika, penghormatan. 

    Walaupun demikian keinstanan tidak merubah mentalitas, ajaran agama. Seyogyanya terus memuliakan Ibu (orangtua) dengan senantiasa berbakti (birrul walidain), berbuat baik, merawat.

    Ibu mempertahankan jiwanya atas kesulitan dalam menghadapi masa hamil, kesulitan saat melahirkan, dan kesulitan ketika menyusui dan merawat anak, hanya dialami seorang ibu. 

    Hendaknya kita sebagai anak-anak berkata yang tidak menyakitkan, tidak sombong, tidak angkuh (arogan), menanamkan rasa cinta dan hormat, selalu mendo’akan agar ridho Allah menyertai kita.

    Moment PIN (Mother's Day) kali ini menjadi sangat penting untuk perefleksian dan penyadaran bagi kita semua untuk mengingatkan generasi muda akan arti dan makna Hari Ibu. Bunga mawar sesuatu yang ngetren (populer) saat ini menjadi simbolis di setiap PIN.  

    Sesungguhnya yang diharapkan seorang Ibu dari anak-anaknya maupun suami-suaminya bukannya hanya simbol yang diberikan setiap tahunnya. 

    Lebih dari itu penghormatan dan memuliakannya setiap hari dari hakekat dan martabat eksistensi yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga (IRT) dan merangkap profesi lainnya. Namun, peran ganda seorang ibu yang seyogyanya menjadi perhatian bagi setiap anak-anaknya dan juga suaminya.

    "Orang yang paling agung haknya terhadap seorang perempuan adalah suaminya, sedangkan orang yang paling agung haknya terhadap seorang laki-laki adalah ibunya.” (HR Al-Hakim).

    Selamat Hari Ibu Nasional, selalu bersyukur dengan kesederhanaan”

    Wallahu a'lam bisshawab.

    Komentar

    Tampilkan